Luminasia, Jakarta, 1 Mei 2025 – PT Vale Indonesia Tbk (IDX: INCO) berhasil mencetak laba bersih sebesar US$21,8 juta pada kuartal pertama 2025 (1T25), meskipun menghadapi tantangan operasional yang menyebabkan penurunan produksi nikel. Kinerja ini menunjukkan ketahanan perusahaan di tengah dinamika pasar dan gangguan teknis pada fasilitas produksi.
Selama 1T25, produksi nikel dalam matte tercatat sebesar 17.027 metrik ton, turun 8% dibandingkan kuartal sebelumnya (4T24) dan 6% dibandingkan kuartal pertama 2024. Penurunan ini disebabkan oleh penghentian tak terduga salah satu tanur listrik akibat kendala sistem elektroda. Perusahaan kemudian memutuskan mempercepat jadwal pemeliharaan yang semula direncanakan pada kuartal ketiga.
Wakil Presiden Direktur dan Chief Operation and Infrastructure Officer PT Vale, Abu Ashar, menyampaikan bahwa percepatan pemeliharaan ini bertujuan menyelaraskan operasi di kuartal-kuartal mendatang. "Meskipun menghadapi tantangan ini, kami telah mengimplementasikan langkah-langkah strategis untuk menjaga produksi kami tetap pada jalurnya. Kami tetap berkomitmen pada inovasi dan keunggulan serta menantikan peluang yang lebih baik di masa mendatang," ujarnya.
Pendapatan dari penjualan nikel matte tercatat sebesar US$206,5 juta, turun dari US$241,8 juta pada 4T24. Penurunan ini dipengaruhi oleh volume pengiriman yang lebih kecil serta harga realisasi rata-rata yang lebih rendah, yakni US$11.932 per ton. Dibandingkan tahun lalu, harga tersebut turun masing-masing 5% dan 6% dari 4T24 dan 1T24.
Sebagai langkah strategis, PT Vale mulai menjual sekitar 80.000 ton bijih saprolit kepada pembeli domestik. Ini merupakan pertama kalinya Perseroan melakukan penjualan saprolit secara komersial. Penjualan ini diproyeksikan meningkat hingga 290.000 ton pada paruh pertama 2025, menyusul persetujuan RKAB akhir tahun lalu.
Perseroan juga mencatatkan keberhasilan dalam pengendalian biaya, di mana biaya pendapatan menurun 13% secara kuartalan menjadi US$187 juta. Hal ini turut mendongkrak efisiensi operasional yang menghasilkan EBITDA sebesar US$51,7 juta pada 1T25. Meskipun sedikit turun dari US$54,1 juta di 4T24, margin tetap terjaga.
Faktor pendukung efisiensi lainnya adalah turunnya harga bahan bakar utama. Harga HSFO dan batubara masing-masing turun 3% dan 11%, sementara harga diesel naik tipis 1% akibat penerapan B40. Penurunan ini mendorong turunnya biaya penjualan tunai per ton dari US$8.978 di 4T24 menjadi US$8.501 di 1T25.
Dari sisi investasi, PT Vale mengalokasikan belanja modal sebesar US$128,1 juta selama 1T25 untuk mendukung proyek berkelanjutan dan pertumbuhan. Perusahaan juga menyatakan bahwa proyek tambang Bahodopi menunjukkan kemajuan signifikan dan diproyeksikan mulai beroperasi lebih awal, yakni akhir kuartal dua hingga awal kuartal tiga tahun ini.
Hingga akhir Maret 2025, posisi kas dan setara kas perusahaan tercatat sebesar US$601,4 juta, turun 11% dari US$674,7 juta di akhir Desember 2024. Meski demikian, manajemen menegaskan komitmennya terhadap pengelolaan kas yang berhati-hati guna menjaga likuiditas dan stabilitas keuangan jangka panjang.