Luminasia, Takalar -- Pada 19 Oktober 2024, Yayasan Pendidikan dan sosial Tarangati mengajak masyarakat untuk mulai menciptakan budaya baca dari rumah dengan Kegiatan Seminar Literasi Parenting. Kegiatan ini merupakan kerjasama dengan Balai Bahasa Kemendikbud pada program hibah bantuan pemerintah untuk pemajuan budaya literasi.
Kegiatan ini mendorong kesadaran orang tua untuk menciptakan budaya literasi dalam rumah dengan cara cara sederhana melalui dongeng dan buku-buku yang baik untuk anak. Tujuannya, agar kemampuan literasi mereka bisa meningkat lebih baik. Kegiatan ini juga menjawab tantangan akan rendahnya daya literasi masyarakat, tidak hanya di Takalar, bahkan Indonesia Pun sedang mengalami krisis literasi.
Kegiatan ini mengusung tema “Seminar Penguatan Literasi Parenting, Perempuan Hebat Ciptakan Kekuatan Literasi Dalam Rumah.” Kegiatan ini diciptakan agar membuka wawasan masyarakat untuk bergotong-royong menciptakan budaya baca yang difasilitasi oleh para ahli, baik dari pemerintah, dosen maupun praktisi.
Peserta kegiatan ini antara lain masyarakat umum dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga ibu rumah tangga. Total peserta sebanyak 50 orang. Salah seorang peserta, Imel Putri Dewita, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah yang baik untuk terus digaungkan, agar kita bisa bergotong royong menciptakan ruang pendidikan yang aman untuk anak anak. Tidak hanya di sekolah, tapi juga ruang bermain yang aman dan bisa mendorong budaya-budaya yang baik bagi mereka.
Ahmad Qadry Ashary, yang biasa disapa Qadry mengatakan, "Generasi sekarang atau generasi alfa adalah generasi yang malas dengan tingkat penasaran yang rendah, karena mereka besar di zaman serba mudah. Berkat kecanggihan teknologi, semua yang diinginkan bisa didapatkan dengan mudah mulai dari sistem belanja, pemesanan transportasi hingga hiburan. Namun, anak yang belum memiliki kebijaksanaan dalam menggunakan media tersebut akan mudah terpapar dengan hal hal yang tidak baik. Mereka juga menjadi malas dengan bacaan, apalagi di saat orang tua juga menghendaki hal yang serba instan. Problematika ini mendorong menurunnya budaya literasi dikalangan generasi alfa.”
Kegiatan seminar ini merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan “Penguatan Budaya Literasi" yang dilaksanakan selama hampir sebulan penuh dengan berbagai rangkaian kegiatan. Muhammad Ibrahim Bakri atau biasa disapa Ibrahim selaku narasumber kegiatan ini, yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Takalar, mengatakan bahwa gerakan gerakan akar rumput seperti ini adalah gerakan yang hadir atas dasar kesadaran dan keprihatinan yang mendalam. "Legiatan seperti perlu di contoh, oleh lembaga atau LSM lain, agar budaya literasi terus digaungkan secara kontinu hingga menciptakan lingkungan terbaik untuk tumbuh kembang anak anak" tambahnya.
Masyarakat antusias menyambut kegiatan yang juga dimeriahkan oleh penampilan anak didik Kelas Pendidikan Alquran Tarangati dan juga penampilan Dongeng Makassar yang dibawakan oleh Daeng Talli sang Maestro Aru Tu Mangkasarak.
Arif sebagai penanggung jawab kegiatan mengatakan bahwa kegiatan ini hadir untuk merespon keprihatinan Tarangati terhadap rendahnya minat baca anak anak di daerah Takalar. “Kegiatan kami masih kurang melibatkan bapak-bapak, namun kami harap kegiatan ini tetap berhasil mendorong kesadaran orang tua bahwa literasi sangat penting untuk mencerdaskan anak.”
Yayasan Pendidikan dan Sosial Tarangati sendiri merupakan lembaga yang berfokus pada pemajuan pendidikan, sosial dan budaya, utamanya di Takalar. Tarangati sendiri lahir pada tahun 2020 dan memiliki beragam aksi seperti program Raudhatul Athfal Cendekia dan Kelas Pendidikan Quran.
Tarangati juga aktif dalam pemajuan pendidikan dengan program penulisan buku Aru tu Mangkasarak. Program-program ini didukung Dana Indonesiana. Tarangati juga aktif memberikan sedekah jumat bagi miskin dan dhuafa. (*)