LUMINASIA.ID, MAROS - Pemerintah Kabupaten Maros menggelar press conference terkait percepatan penurunan angka stunting di 14 kecamatan, Senin (11/8/2025), di Korpri Lounge.
Bupati Maros, Chaidir Syam, memaparkan bahwa angka stunting di Maros berhasil turun signifikan dari 34,7 persen pada 2023 menjadi 22,4 persen pada 2024.
“Persentase penurunannya sebesar 12,3 persen, menjadikan Maros sebagai daerah dengan capaian penurunan stunting tertinggi kedua di Sulawesi Selatan pada 2024,” ujarnya.
Upaya ini melibatkan 12 organisasi perangkat daerah (OPD) yang bekerja sama untuk menekan angka stunting.
Bupati menambahkan bahwa Pemkab Maros akan terus gencar melakukan program pengentasan stunting dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp60 miliar khusus untuk program tersebut di APBD 2025.
Meski capaian penurunan cukup besar, pemerintah masih menghadapi pekerjaan rumah. Berdasarkan data per Juni 2025, masih terdapat 3.700 kasus stunting dari total 29.201 balita di Maros.
Sebaran kasus stunting tersebut antara lain Kecamatan Tanralili 530 kasus, Turikale 529 kasus, Bontoa 493 kasus, Mandai 362 kasus, Bantimurung 309 kasus, Moncongloe 297 kasus, Marusu 274 kasus, Lau 214 kasus, Tompobulu 205 kasus, Mallawa 162 kasus, Maros Baru 132 kasus, Cenrana 77 kasus, Camba 55 kasus, dan Simbang 55 kasus.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Maros, Muetazim Mansyur, yang juga Wakil Bupati Maros, mengatakan capaian tersebut merupakan hasil kerja selama enam bulan terakhir.
“Tugas saya adalah menjaga agar angkanya tidak naik dari tahun sebelumnya. Untuk itu, saya lebih banyak turun langsung ke lapangan. Hal ini tidak mungkin dilakukan hanya oleh satu atau dua orang saja, sehingga dibutuhkan kerja sama tim,” ujarnya.