LUMINASIA.ID, MATARAM – Nama Agam Rinjani seketika menjadi perbincangan luas di media sosial setelah keberaniannya turun ke jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, untuk membantu proses evakuasi warga negara Brasil, Juliana De Souza Pereira Marins (27).
Ternyata, Agam Rinjani adalah alumni Univeritas Hasanuddin. Demikian dikutip Luminasia.id, dari web Unhas.TV, Kamis (26/6/2025)
Keberanian dan kerja keras Agam Rinjani dalam misi penyelamatan di Gunung Rinjani bukanlah hal baru bagi yang mengenalnya. Sosok yang tumbuh dari Korps Pecinta Alam (Korpala) Universitas Hasanuddin itu memang sudah dikenal sebagai pribadi tangguh, tulus, dan pantang menyerah.
Seorang alumni Korpala Unhas bahkan mengungkapkan kesannya melalui unggahan di X. Ia mengenang Agam sebagai senior yang kuat secara fisik, tulus dalam membantu, dan tak pernah gampang mundur dari kesulitan.
Profesor Tasrifin Tahara, Guru Besar Antropologi Unhas, juga membenarkan hal itu. Ia menyebut bahwa Agam, yang pernah menjadi mahasiswanya di Antropologi angkatan 2008, memang memiliki semangat berbeda dari kebanyakan mahasiswa lain.
“Awalnya dia memang terlihat ‘unik’ bagi saya, tetapi siapa sangka dia tumbuh menjadi sosok yang dikagumi banyak orang, bahkan hingga luar negeri,” ujar Prof. Tasrifin.
Prof. Tasrifin juga mengungkapkan pengalaman pribadi yang membuatnya tak pernah melupakan Agam. Saat gempa besar Palu tahun 2018 yang memakan banyak korban jiwa, Agam datang membawa mobil ambulans dan meminta bantuan biaya agar dapat menuju Pasangkayu dan Lombok, NTB, guna membantu evakuasi jenazah.
Agam Rinjani dikenal sebagai mahasiswa yatim piatu dan tidak pernah sungkan minta uang untuk kebutuhan lapangan.
“Bahkan pernah juga minta uang buat beli rokok.Dia sudah seperti adik sendiri,” kenang Prof. Tasrifin.
Hal yang sama juga disampaikan drg. Erni Marlina PhD SpPM Subsp Inf(K), Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset, dan Inovasi Fakultas Kedokteran Gigi Unhas. Ia mengungkapkan bahwa Agam memang aktif di Korpala Unhas semasa kuliah di Tamalanrea.
Rekam jejak Agam Rinjani dalam misi penyelamatan, khususnya di kawasan Gunung Rinjani, sangat panjang dan diakui banyak pihak.
Ia memang tumbuh dari Divisi Gunung Korpala Unhas dan selalu siap terjun langsung dalam situasi sulit
Pada Rabu (25/6/2026), Agam bersama tim SAR memulai operasi penyelamatan yang penuh risiko itu. Juliana diketahui terjebak di salah satu teruk (celah) jurang yang sangat curam dan sulit dijangkau. Berbekal kemampuan teknis dan keberanian, Agam memutuskan untuk turun hingga ke titik Juliana berada guna memastikan tubuh korban tidak jatuh lebih dalam, sambil menunggu tim SAR lainnya dapat memberi bantuan lanjutan dari atas.
Lewat unggahan di akun Instagram-nya, @agam_rinjani, Agam memperlihatkan betapa sulitnya medan yang harus dihadapi. Tim SAR bahkan terpaksa bermalam di tepi jurang karena tebalnya kabut dan tingkat kesulitan medan. Dalam situasi itu, Agam tidak hanya berusaha menjaga tubuh Juliana dari risiko longsor, tetapi juga memberi penghormatan terakhir dengan tetap berada di samping jenazah hingga situasi memungkinkan evakuasi lebih lanjut.
“Kepada warga Brasil, saya dan tim SAR minta maaf tidak bisa membawa Juliana pulang dengan selamat. Kondisi medan yang berat dan terlalu jauh ke bawah membuat proses evakuasi sangat sulit. Sudah banyak kasus di Rinjani, kecil kemungkinan selamat kalau jatuh ke lubang sedalam itu,” ungkap Agam penuh haru dalam postingannya.
Aksi heroik Agam ini menuai apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari warga negara Brasil. Mereka memuji semangat dan keberanian relawan yang tak hanya berusaha menyelamatkan, tetapi juga menghormati korban hingga akhir.
Kisah ini kembali mengingatkan bahwa di balik keindahan dan daya pikat Gunung Rinjani, terdapat risiko dan tantangan yang tak dapat diremehkan. Namun, sosok relawan seperti Agam Rinjani memberi contoh nyata nilai solidaritas dan kemanusiaan di tengah ganasnya alam.