LUMINASIA, NASIONAL - Aktivitas akhir tahun tentunya mempengaruhi pergerakan saham, utamanya jika Bursa Efek diliburkan. Para investor baiknya mengikuti berita ini untuk memperkirakan aktivitas ekonomi mengingat tutupnya Bursa Efek di akhir tahun.
Dilansir investasi.kontan, mengacu pada kalender perdagangan yang telah ditetapkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyusun jadwal hari bursa sepanjang 2026 dengan sebaran libur yang relatif merata. Sejumlah hari besar keagamaan dan nasional memengaruhi jumlah hari perdagangan saham di setiap bulan.
Menjelang pergantian tahun, perdagangan saham di BEI diliburkan pada Rabu, 31 Desember 2025 dalam rangka libur akhir tahun. Libur perdagangan kembali berlanjut pada Kamis, 1 Januari 2026 yang bertepatan dengan perayaan Tahun Baru. Dengan rangkaian libur tersebut, aktivitas perdagangan saham baru kembali dibuka pada Jumat, 2 Januari 2026, sehingga jumlah hari bursa pada Desember 2025 tercatat hanya 20 hari.
Pada Januari 2026, perdagangan saham turut dipengaruhi dua hari libur nasional, yakni Tahun Baru pada 1 Januari serta Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW pada 16 Januari. Kondisi ini membuat total hari bursa pada Januari berjumlah 20 hari.
Memasuki Februari 2026, perdagangan saham diliburkan dalam rangka Tahun Baru Imlek 2577 Kongzili serta cuti bersama pada 16–17 Februari. Akibatnya, jumlah hari bursa pada Februari berkurang menjadi 18 hari.
Bulan dengan libur terpadat terjadi pada Maret 2026. Peringatan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1948 yang berdekatan dengan rangkaian cuti bersama Idul Fitri 1447 Hijriah menyebabkan Maret hanya memiliki 17 hari bursa.
Sementara itu, pada April 2026, perdagangan saham diliburkan untuk memperingati Wafat Yesus Kristus. Dengan demikian, jumlah hari bursa pada April tercatat sebanyak 21 hari.
Memasuki Mei 2026, kalender perdagangan kembali diwarnai banyak hari libur nasional, mulai dari Hari Buruh Internasional, Kenaikan Yesus Kristus, sejumlah cuti bersama, hingga Idul Adha 1447 Hijriah. Akumulasi hari libur tersebut membuat jumlah hari bursa pada Mei menyusut menjadi 16 hari, terendah sepanjang tahun.
Pada Juni 2026, perdagangan saham berlangsung selama 20 hari bursa dengan adanya libur Hari Lahir Pancasila serta Tahun Baru Islam 1 Muharam 1448 Hijriah. Sementara itu, Juli 2026 relatif minim hari libur nasional sehingga mencatat 23 hari bursa.
Selanjutnya, pada Agustus 2026 terdapat libur Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang membuat jumlah hari bursa pada bulan tersebut mencapai 19 hari.
Memasuki kuartal terakhir, September dan Oktober 2026 masing-masing mencatat 22 hari bursa. Adapun November 2026 memiliki 21 hari bursa karena tidak terdapat libur nasional di luar akhir pekan.
Menutup tahun, Desember 2026 kembali diwarnai libur Kelahiran Yesus Kristus pada 25 Desember, cuti bersama pada 24 Desember, serta libur bursa akhir tahun pada 31 Desember. Dengan rangkaian libur tersebut, jumlah hari bursa pada Desember 2026 kembali tercatat sebanyak 20 hari.
Dalam proyeksi yang dilansir mstock.miraeasset, target IHSG 2026 diperkirakan berada di kisaran 9.440. Angka tersebut merefleksikan optimisme terhadap pemulihan laba perusahaan-perusahaan tercatat yang menjadi konstituen utama indeks. Estimasi tersebut disusun menggunakan pendekatan fundamental, terutama dengan mempertimbangkan pertumbuhan laba per saham atau earnings per share (EPS) serta valuasi pasar saham secara keseluruhan.
Analis memproyeksikan pertumbuhan EPS sekitar 8 persen secara tahunan pada 2026. Proyeksi ini dinilai realistis mengingat kinerja laba pada tahun sebelumnya relatif rendah, sehingga menciptakan basis perbandingan yang lebih ringan untuk mendukung pertumbuhan laba pada periode berikutnya.
Selain faktor pertumbuhan laba, asumsi valuasi juga menjadi komponen penting dalam proyeksi IHSG 2026. Dalam perhitungan tersebut, rasio price to earnings (PE) diperkirakan berada di kisaran 14 kali, sejalan dengan rata-rata historis saham-saham berfundamental kuat di pasar modal Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa potensi kenaikan IHSG tidak didorong oleh euforia berlebihan, melainkan masih berada dalam kerangka valuasi yang wajar dan terukur.
Secara keseluruhan, kombinasi perbaikan kinerja emiten, valuasi yang relatif atraktif, serta prospek ekonomi nasional yang stabil menjadi fondasi utama optimisme terhadap pergerakan IHSG menuju 2026. Dengan asumsi tersebut, pasar saham Indonesia dinilai tetap memiliki daya tarik bagi investor jangka menengah hingga panjang.

