DUA tahun belakangan ini, Asisten Direktur Senior Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Regional 6 Sulawesi, Maluku, dan Papua Indra Natsir Dahlan, menggemari liburan dengan camping, bersama istri dan ketiga anaknya
Bahkan dalam sebulan, ia bisa dua kali camping. Tak hanya sehari, kegiatan camping Indra bersama keluarga dilakukan tiga sampai empat hari.
Karena baginya camping bukanlah sekadar hobi. Aktivitas mendirikan tenda di alam terbuka sebagai bentuk quality time bersama keluarga.
Bukan gaya hidup kekinian, tapi cara sederhana untuk kembali terhubung dengan keluarga, tanpa ponsel, tanpa distraksi, dan penuh kesadaran.

“Saya tidak pernah anggap camping sebagai hobi. Ini cuma cara kami mengisi waktu di luar pekerjaan. Tapi efeknya luar biasa,” cerita Indra kepada Luminasia.
Lokasi favoritnya adalah kawasan terbuka hijau di Bisoloro Gowa, Sulawesi Selatan. Berpindah-pindah tempat camping di lokasi ini, mencari suasana yang pas. Lebih asik, dibanding liburan di vila-vila di Malino yang menurutnya “sudah tamat dieksplor”.
“Bicara soal hobi dulu banyak dan macam-macam tapi semua sudah saya lepas. Sekarang fokus saya lebih ke kegiatan yang melibatkan keluarga. Camping adalah pilihan,” ujarnya.
Namun demikian, cerita Indra, camping yang ia lakoni bersama istri dan ketiga anaknya bukanlah camping ala pendaki.
Indra bahkan menyebut gaya campingnya seperti pindah rumah.
Ia membawa hampir semua kenyamanan dari rumah: sofa portable, karpet tebal hingga lima lapis, kasur angin, selimut, perlengkapan dapur, bahkan proyektor mini untuk nonton malam keluarga.
Semua disiapkan sendiri tanpa jasa pengelola atau sewa glamping.

Untuk camping ini ia memilih lokasi yang kemah bisa dekat dengan mobil, ada colokan, dan dekat air.
“Bagi saya, kenyamanan bukan disediakan, tapi diciptakan. Di camping, kita yang bikin tempat itu jadi nyaman. Itulah tantangannya.”
Karena kegiatan camping ini baru dilakoni dua tahun, ini adalah hal baru bagi ia, istri, dan anak-anaknya.
Indra mengakui bahwa awalnya ia belajar sendiri, hanya bermodal video YouTube.
Dari yang tak bisa apa-apa, kini ia dan anak-anaknya sudah terbiasa mengelola tenda dan perlengkapan sendiri.
“Semua kami siapkan mandiri. Mulai dari pengalas tenda, lapisan karpet, hingga lampu dan colokan. Bahkan power station portable juga dibawa, karena colokan penting,” ujarnya sambil tertawa.
Anak-anaknya yang semula tidak biasa camping kini justru paling antusias.
Mereka belajar mendirikan tenda, merakit meja dan kursi, menyiapkan makanan, bahkan menyusun perlengkapan tidur dan mandi sendiri.
Bagi Indra, itu adalah nilai tambah yang tidak bisa didapat di hotel.
“Di rumah mereka sibuk di kamar masing-masing, dengan HP dan tugas sekolah. Tapi saat camping, semua kumpul. Kita makan bareng, tidur dalam satu tenda, dan beraktivitas bareng. Di situ kedekatan dibangun. Apalagi sinyal susah, jadi kebersamaan di sana,” katanya.
Dari menjajal berbagai tempat, yang menjadi favorit Indra adalah Parvis Najiva.
Tempat dan pemandangannya sangat luar biasa. Apalagi, biaya masuk ke Parvis Najiva sangat terjangkau, mulai dari Rp10.000–Rp25.000 per orang di hari biasa dan Rp15.000–Rp35.000 saat akhir pekan.
"Kalau ingin fasilitas lebih, tersedia juga tenda glamping sewaan yang tarifnya berkisar Rp650 ribu hingga Rp1,5 juta per malam,” tutur Indra.
Camping, bagi Indra, telah menjelma dari sekadar kegiatan luar ruang menjadi ruang bersama keluarga.

“Ini bukan liburan. Ini tentang hadir. Kita tidak hanya menginap di tempat baru, tapi kita membangun ruang itu bersama. Anak-anak ikut repot, istri ikut sibuk, tapi justru di situ rasa bahagia.
Indra bahkan rela mengambil cuti kerja untuk momen ini.
“Bonusnya, bisa berduaan dengan istri di ruang terbuka, di bawah gemerlapnya bintang-bintang,” tutupnya sambil tertawa.
Tags: Otoritas Jasa Keuangan