LUMINASIA.ID, MAKASSAR – Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar semakin menegaskan perannya dalam melahirkan akademisi perempuan yang berkontribusi besar di bidang pertanian dan ekonomi.
Unismuh Makassar mengukuhkan dua dosen perempuan sebagai Guru Besar dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa yang digelar di Balai Sidang Muktamar ke-47 Kampus Unismuh Makassar, Senin (29/9/2025).
Unismuh Makassar semakin menegaskan perannya dalam melahirkan akademisi perempuan yang berkontribusi besar di bidang pertanian dan ekonomi.Keduanya adalah Prof. Dr. Ir. Hj. Kasifah, M.P., Guru Besar Ilmu Pertanian, dan Prof. Dr. Asriati, S.E., M.Si., Guru Besar Ilmu Ekonomi.
Kasifah, yang lahir di Bone pada 28 Oktober 1968 dan kini berusia 56 tahun, menyampaikan pidato berjudul “Menggali Potensi Asam Humat dan Fulvat dalam Kompos sebagai Kunci Peningkatan Ketersediaan Fosfor di Lahan Marginal.”
Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki lahan marginal luas, terutama Ultisol, yang bisa menjadi lumbung pangan baru. Namun produktivitasnya terhambat oleh keterbatasan fosfor yang terikat dalam tanah. Melalui risetnya, ia menemukan bahwa asam humat dan fulvat dalam kompos dapat melepaskan fosfor yang terikat oleh aluminium dan besi, sehingga tersedia kembali bagi tanaman.
Kasifah menekankan konsep Kompos Aktif Humat-Fulvat (KAHF) sebagai solusi ilmiah yang murah, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Menurutnya, pemanfaatan jerami padi, jagung, maupun kotoran ayam dapat memperbaiki kesuburan tanah sekaligus membantu petani kecil meningkatkan hasil panen.
“Tanah marginal bukan tanah gagal, melainkan tanah yang menunggu disentuh dengan ilmu yang tepat dan teknologi yang bijaksana,” ujarnya penuh keyakinan.
Dalam pidatonya, Kasifah juga tak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada orang tua, suami, anak-anak, serta para pembimbingnya sejak masa kuliah hingga doktoral.
Ia juga menyebut pesan ibunya dalam bahasa Bugis agar tidak pernah berhenti sekolah, yang menjadi motivasi terbesar hingga berhasil meraih jabatan akademik tertinggi.
Sementara itu, Prof. Dr. Asriati, S.E., M.Si., yang lahir di Makassar pada 31 Desember 1963 dan kini berusia 61 tahun, menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Distribusi Faktor Etos Kerja dan Locus of Control terhadap Kinerja Karyawan.”
Penelitiannya menyoroti pentingnya etos kerja dan pusat kendali diri (locus of control) dalam menentukan kualitas kinerja karyawan di berbagai organisasi.
Asriati menjelaskan bahwa karyawan dengan etos kerja tinggi serta locus internal lebih proaktif, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi tekanan dibanding mereka yang berorientasi eksternal. Menurutnya, distribusi etos kerja yang merata sangat menentukan keberhasilan organisasi, baik di sektor publik maupun swasta. Ia menekankan pentingnya membangun budaya kerja yang konsisten, transparan, dan berorientasi pada nilai-nilai integritas serta tanggung jawab.
“Keberhasilan organisasi bukan hanya soal sistem, tetapi juga tentang manusia yang bekerja di dalamnya, dengan semangat dan keyakinan yang membentuk kualitas kinerjanya,” tegas Asriati.
Dalam pidatonya, Asriati turut menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada almarhum kedua orang tuanya, H. Abbas Adam dan Hj. Sitti Marwah Arsyad, serta dukungan penuh dari suami, Dr. Agus Salim HR, S.E., M.M., dan anak-anaknya.
Rektor Unismuh Makassar, Dr. Rakhim Nanda, mengatakan pengukuhan ini menambah daftar Guru Besar Unismuh menjadi 27 orang dan segera 28 pada awal Oktober.
“Kami berharap pengukuhan ini tidak hanya mengukuhkan kedudukan pribadi beliau-beliau, tetapi juga memperkuat posisi Unismuh dalam beradaptasi dengan perkembangan pendidikan tinggi secara nasional maupun global,” jelasnya.
Wakil Rektor II Unismuh, Dr. Ihyani Malik, menambahkan bahwa pencapaian ini menunjukkan reputasi kampus yang terus meningkat. Ia menyoroti bahwa salah satu Guru Besar kali ini bahkan masuk kategori termuda dari pengukuhan lainnya.
“Sekalipun pencapaian guru besar adalah upaya pribadi, tetap ada dukungan Unismuh di belakang mereka,” ujarnya.