LUMINASIA.ID, MAKASSAR - Persiapan ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulawesi Selatan 2026 terancam terganggu akibat krisis anggaran yang dialami Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulsel.
Hingga awal Oktober 2025, dana hibah dari Pemerintah Provinsi Sulsel untuk tahun anggaran berjalan belum juga cair.
Kondisi ini membuat Ketua KONI Sulsel, Yasir Machmud, harus merogoh kocek pribadi untuk menutupi kebutuhan operasional organisasi.
Total dana yang telah dikeluarkan sejak Januari hingga September 2025 mencapai sekitar Rp300 juta. Dana tersebut digunakan untuk menopang aktivitas organisasi dan berbagai agenda pembinaan olahraga di daerah.
Sekretaris KONI Sulsel, Mujiburrahman, menegaskan bahwa pemerintah daerah sebenarnya memiliki kewajiban hukum untuk memberikan dukungan dana hibah kepada KONI. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, Pasal 79. “Kalau hibah tidak terealisasi, otomatis proses pembinaan atlet dan kegiatan olahraga tidak bisa berjalan optimal. KONI Sulsel sepenuhnya bergantung pada dana hibah dari pemerintah provinsi,” ujarnya, Minggu (5/10/2025).
Ia menjelaskan, Yasir Machmud selama ini menalangi operasional KONI secara pribadi agar roda organisasi tetap berputar. Namun, tanpa realisasi dana hibah dari Pemprov, kondisi ini tidak bisa bertahan lama. “Kami dijanjikan Rp1 miliar oleh Pemprov, tetapi sampai sekarang belum ada pencairan. Jadi inilah kondisi nyata KONI Sulsel saat ini,” jelasnya.
Keterbatasan anggaran tidak hanya dirasakan di tingkat provinsi. KONI Bone dan KONI Wajo, yang ditunjuk sebagai tuan rumah bersama Porprov Sulsel 2026, juga menghadapi situasi serupa.
Ketua KONI Bone, Asiswa Karim, mengatakan pihaknya masih menunggu kepastian dari perubahan anggaran daerah. Ia menegaskan belum ada satu pun cabang olahraga yang menerima alokasi dana.
“Kalau anggaran memang belum ada. Kita hanya menunggu di perubahan. Ini bukan satu cabor saja, semua cabor belum dapat anggaran,” ujarnya. Ia menambahkan, kondisi keuangan yang terbatas saat ini juga terjadi di banyak daerah lain, sehingga pihaknya tidak bisa memaksa.
Meski menghadapi kesulitan finansial, para atlet Bone tetap menunjukkan semangat tinggi dalam menjalani latihan. “Kami tetap berusaha tampil maksimal dengan kondisi yang ada,” tegas Asiswa.
Situasi ini menjadi sorotan menjelang Porprov Sulsel 2026, mengingat agenda pembinaan atlet dan persiapan infrastruktur membutuhkan dukungan anggaran yang besar dan berkelanjutan. Jika dana hibah terus tersendat, dikhawatirkan kualitas pelaksanaan dan prestasi daerah bisa terpengaruh.