LUMINASIA.ID, NASIONAL - Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tertekan pada awal perdagangan Selasa (30/12/2025). Dilansir dari investor.id, hingga sekitar pukul 09.33 WIB saham BBRI tercatat turun 2,65% ke level Rp3.680 per saham. Tekanan ini juga tercermin pada pembaruan harga intraday pukul 14.26 WIB yang menunjukkan BBRI melemah 100 poin atau 2,65% di posisi Rp3.680.
Pada sesi I perdagangan, sebanyak 83,6 juta saham BBRI berpindah tangan dengan frekuensi 15.362 kali dan nilai transaksi mencapai Rp307,37 miliar. Pelemahan saham bank BUMN tersebut terjadi bertepatan dengan tanggal ex dividen interim, yakni tanggal ketika investor yang membeli saham tidak lagi memiliki hak atas dividen yang akan dibagikan perseroan.
Dari sisi teknikal, Kiwoom Sekuritas mematok level support pertama di Rp3.765 dan support kedua di Rp3.750. Sementara itu, batas bawah atau stoploss saham BBRI direkomendasikan di level Rp3.690, yang kini mulai mendekati harga perdagangan seiring meningkatnya tekanan jual.
Sementara dari sisi fundamental, BRI telah menetapkan pembagian dividen interim tahun buku 2025 dengan total nilai Rp20,63 triliun atau setara Rp137 per saham, mengacu pada laporan keuangan per 30 September 2025. Daftar pemegang saham yang berhak atas dividen ditetapkan pada 2 Januari 2026, sedangkan pembayaran dividen interim dijadwalkan pada 15 Januari 2026.
Mengacu pada dokumen Ikhtisar Saham yang dipublikasikan melalui bri.co.id, pergerakan harga saham BBRI dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan fase pergerakan yang cenderung terbatas setelah sebelumnya mengalami kenaikan signifikan. Kondisi tersebut menandakan adanya penyesuaian harga yang lazim terjadi pada saham berkapitalisasi besar, khususnya setelah momentum aksi korporasi seperti pembagian dividen.
Dokumen tersebut juga mencatat bahwa likuiditas saham BBRI tetap terjaga dengan volume transaksi harian yang relatif besar. Tingginya aktivitas perdagangan ini menunjukkan minat investor yang masih kuat, baik dari kalangan institusi maupun ritel, sehingga saham BBRI tetap menjadi salah satu penopang utama pergerakan indeks sektor perbankan.
Sementara itu, berdasarkan data perdagangan yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI), saham-saham perbankan BUMN secara umum mengalami tekanan menjelang akhir tahun seiring aksi ambil untung dan penyesuaian portofolio investor. Fenomena ini kerap terjadi pada periode penutupan tahun buku dan tidak hanya dialami oleh BBRI.
Di sisi lain, laporan industri perbankan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa kinerja perbankan nasional hingga kuartal III 2025 masih solid, ditopang pertumbuhan kredit dan rasio permodalan yang kuat. Kondisi makro tersebut menjadi faktor pendukung bagi prospek jangka menengah saham perbankan, termasuk BBRI, meskipun dalam jangka pendek masih berpotensi menghadapi fluktuasi harga di pasar saham.

