LUMINASIA.ID, INTERNASIONAL - Memasuki puncak musim dingin, lonjakan penyakit pernapasan diperkirakan terjadi di berbagai wilayah. Namun kali ini, dunia kesehatan dibuat waspada oleh kemunculan varian baru virus influenza yang dijuluki “super flu”. Varian ini merupakan influenza A H3N2 subclade K yang dalam catatan sebelumnya dikenal lebih berat dan membutuhkan waktu pemulihan lebih lama dibandingkan strain influenza lain.
Dilansir Yahoo, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), super flu pertama kali menjadi sorotan di Inggris sebelum menyebar ke Eropa dan Australia, lalu menyeberang ke Amerika Serikat. Neil Maniar dari Northeastern University mengatakan, “Inggris terkena dampaknya cukup parah. Saya kira ini menjadi pertanda yang cukup jelas tentang apa yang kemungkinan akan kita hadapi di sini. Ini akan menjadi musim flu yang sangat sulit.”
Gejala super flu pada dasarnya mirip dengan flu lainnya, namun sering kali terasa lebih intens. Penderita umumnya mengalami demam tinggi, nyeri tubuh hebat, kelelahan ekstrem, batuk berkepanjangan, sakit tenggorokan, serta sakit kepala berat.
Sejumlah pasien juga melaporkan sesak napas, nyeri dada, gangguan pencernaan, dan rasa lemah yang berkepanjangan bahkan setelah gejala utama mereda.
Seiring kasus yang belum menunjukkan perlambatan, dokter menegaskan bahwa obat antivirus menjadi kunci penanganan kasus flu berat. CDC merekomendasikan empat obat, yakni Tamiflu, Xofluza, Relenza, dan Rapivab. Xofluza berbentuk pil untuk pengobatan dini flu tanpa komplikasi pada usia lima tahun ke atas.
Relenza direkomendasikan untuk usia tujuh tahun ke atas, sementara Rapivab dapat diberikan untuk pengobatan dini pada usia enam bulan ke atas. Dr. Mark Mulligan dari NYU Langone Health’s Vaccine Center mengingatkan, “Pastikan minum banyak cairan, cukup istirahat, dan gunakan Tylenol atau Advil untuk mengelola demam, sakit kepala, serta nyeri otot di rumah.”
Para dokter sebenarnya telah memperingatkan potensi musim flu berat sejak September. Kehadiran super flu yang dibarengi rendahnya tingkat vaksinasi membuat kewaspadaan meningkat. Maniar menegaskan,
“Ini bisa menjadi penyakit yang sangat serius. Kita perlu menanggapinya dengan serius dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri. Seiring kita memasuki puncak musim flu, ini kemungkinan akan menjadi musim yang berat.”
Pakar juga mengingatkan bahwa rendahnya cakupan vaksin flu di Amerika Serikat berpotensi memicu musim flu terburuk secara historis, meski mereka menekankan masih ada waktu untuk memperbaiki keadaan.
Spesialis penyakit infeksi Dr. Andrew Pekosz mengatakan, “Ini jelas belum terlambat, terutama menjelang libur dan perjalanan. Sekarang adalah waktu yang tepat bagi masyarakat untuk mendapatkan vaksin influenza atau vaksin COVID sebagai satu lapisan perlindungan untuk musim liburan ini.”
Menanggapi kekhawatiran bahwa vaksin flu tahun ini tidak sepenuhnya cocok dengan subclade K, Pekosz menegaskan, “Ada tiga strain influenza yang menyebabkan flu dan vaksin mencakup ketiganya. Untuk dua strain, kecocokannya cukup baik, dan kami yakin vaksin akan memberikan setidaknya perlindungan parsial terhadap clade K H3N2 ini.” CDC sendiri merekomendasikan vaksin flu untuk semua orang berusia enam bulan ke atas.
Sementara itu, data flu terbaru dari CDC sempat tertunda akibat libur Natal. Namun hingga pertengahan Desember, tercatat lonjakan signifikan jumlah orang yang dinyatakan positif flu. Aktivitas virus telah mencapai tingkat “sangat tinggi” di New York, New Jersey, Rhode Island, Louisiana, dan Colorado. Secara terpisah, Manhattan mencatat lonjakan kasus hingga 104 persen pada awal bulan ini.
Dr. Ulysses Wu dari Hartford Hospital menjelaskan, “Kami melihat lonjakan mendadak di New York karena kepadatan penduduknya yang tinggi. Wilayah ini juga menjadi pusat perjalanan internasional maupun domestik.” Di luar wilayah tersebut, Connecticut, Idaho, Massachusetts, Michigan, dan South Carolina juga dilaporkan terdampak cukup parah oleh penyebaran super flu.

