LUMINASIA.ID, MAKASSAR - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya menjaga stabilitas sektor keuangan di tengah disrupsi teknologi digital dan perubahan tatanan geopolitik global yang semakin memengaruhi perkembangan industri jasa keuangan.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyampaikan hal tersebut dalam pembukaan kegiatan The 3rd OJK International Research Forum 2025 yang diselenggarakan di Yogyakarta, Senin (6/10/2025).
“Yang paling penting adalah kita bisa benar-benar melihat dua perubahan tadi, bukan hanya dari segi ancamannya, tantangannya, potensi disrupsinya, tapi justru peluang yang luar biasa besarnya yang akan kita bisa manfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan kemampuan yang ada di bangsa dan negara kita,” kata Mahendra.
Mahendra menjelaskan bahwa OJK terus berupaya memaksimalkan peluang besar dari kemajuan teknologi, sekaligus memperkuat kemampuan untuk mengantisipasi berbagai risiko melalui pengaturan dan penerapan kode etik yang tepat dalam mengatur dan mengawasi industri jasa keuangan.
“Kata kunci digital resilience menjadi sangat penting, menyeimbangkan antara peluang yang begitu luar biasa dengan kemungkinan-kemungkinan kita untuk tetap mampu memitigasi, mengendalikan, dan mengaturnya,” tambah Mahendra.
Forum internasional ini berlangsung selama dua hari dan menghadirkan pembicara dari kalangan peneliti dan ahli keuangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, dalam sambutan pembukaan forum hari kedua, menyoroti perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) yang telah mengubah struktur pasar tenaga kerja global.
Menurut data World Economic Forum, permintaan terhadap profesi Big Data Specialist, FinTech Engineer, serta AI dan Machine Learning Specialist diproyeksikan meningkat lebih dari 80 persen dalam lima tahun ke depan.
“Perubahan ini membuka peluang besar bagi tenaga kerja untuk beralih ke sektor digital, asalkan didukung strategi reskilling dan upskilling yang tepat. Dengan membangun ekosistem talenta yang adaptif, transisi menuju ekonomi digital dapat berlangsung adil dan melahirkan tenaga kerja yang relevan serta kompetitif,” kata Mirza.
Ia juga menyampaikan bahwa OJK tengah merumuskan kebijakan tata kelola kecerdasan buatan di sektor perbankan sebagai langkah antisipasi terhadap percepatan transformasi digital.
“Penerapan kecerdasan buatan juga telah dilakukan di internal OJK melalui pengembangan OSIDA (OJK SupTech Integrated Data Analytics), yakni platform analitik terpadu yang dikembangkan untuk memperkuat fungsi pengawasan berbasis data,” ujarnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Agusman, hadir dalam penutupan acara dan menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berpartisipasi.
“Kami memandang bahwa semua ini kita lakukan demi kebaikan negeri ini, bahwa riset adalah basis untuk membuat kebijakan, termasuk juga demikian di OJK. Dengan demikian kita yakin bahwa Indonesia Emas 2045 InsyaAllah kita dapat capai dengan baik,” ucap Agusman.
Acara tersebut dihadiri lebih dari 350 peserta secara luring dan lebih dari 2.000 peserta secara daring.
Forum ini menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, praktisi, dan regulator berbagai institusi dalam dan luar negeri.
Selain diskusi tematik mengenai kecerdasan buatan dan stabilitas ekosistem keuangan, forum ini juga menampilkan presentasi tiga finalis Karya Tulis Ilmiah Karisma 2025 yang diikuti hampir 300 karya dari berbagai universitas dan lembaga riset di Indonesia.
Karya delapan peserta terbaik akan dipublikasikan melalui jurnal internasional yang dikelola OJK, The International Journal of Financial Systems (IJFS).
Berita ini bersumber dari kegiatan resmi The 3rd OJK International Research Forum 2025 di Yogyakarta dan pernyataan resmi Mahendra Siregar, Mirza Adityaswara, serta Agusman yang disampaikan dalam acara tersebut.