LUMINASIA.ID,MAKASSAR - Pemerintah Kota Makassar bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) resmi meluncurkan program Makassar Eco Circular (MEC) Hub.
Sebuah langkah strategis untuk memperkuat gerakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat, mendorong ekonomi sirkular, serta mewujudkan target besar Makassar Bebas Sampah 2029.
"Inisiatif ini menggabungkan pendekatan edukatif, teknologi sederhana, dan kolaborasi lintas sektor, mulai dari masyarakat, komunitas, pelaku usaha, akademisi, hingga pemerintah daerah," ujar Marini Ambo Wellang, perwakilan Dewan Lingkungan Kota Makassar, Selasa (7/10/2025).
Peluncuran MEC Hub menandai dimulainya upaya terstruktur dan berkelanjutan untuk membangun kesadaran kolektif warga dalam mengelola sampah sejak dari sumber.
Program ini tidak hanya menekankan aspek kebersihan lingkungan, tetapi juga menyoroti potensi ekonomi yang bisa muncul dari pengelolaan sampah yang tepat.
Dalam konsepnya, setiap rumah tangga, RT/RW, dan komunitas diharapkan menjadi bagian aktif dari rantai pengelolaan sampah, mulai dari memilah hingga mengolah menjadi produk bernilai.
“Kunci keberhasilan pengelolaan persampahan dimulai dari diri sendiri, komunitas, hingga tingkat RT/RW,” paparnya.
Ia menekankan bahwa partisipasi masyarakat merupakan pondasi utama dari keberlangsungan program ini.
Pemerintah kota, lanjutnya, berperan sebagai fasilitator dan penggerak agar sistem yang terbentuk bisa berjalan secara mandiri.
Salah satu inovasi penting dalam MEC Hub adalah program “Tanami Tanata’”.
Program ini merupakan model urban farming terintegrasi yang mengoptimalkan lahan tidur di kawasan padat penduduk untuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, dan usaha kecil.
Sampah organik yang biasanya terbuang kini diolah menjadi kompos dan pakan maggot BSF (Black Soldier Fly) yang bernilai ekonomis.
Hasil kompos dapat dimanfaatkan untuk kebun kota, sedangkan maggot digunakan sebagai pakan ternak atau ikan, sehingga menciptakan rantai ekonomi sirkular yang berkelanjutan.
Program ini juga memperkuat ketahanan pangan masyarakat di tengah isu perubahan iklim dan urbanisasi yang pesat.
Dalam pelaksanaannya, MEC Hub melibatkan berbagai pihak dengan peran yang terdistribusi jelas.
Camat bertugas mengoordinasikan edukasi dan pemantauan program di wilayahnya.
Lurah serta RT/RW berperan mengidentifikasi sumber sampah potensial di lingkungannya serta mengelola bank sampah unit (BSU).
Warga dan komunitas menjadi pelaku utama yang menjalankan proses pemilahan dan pengolahan, sementara sektor Horeca (hotel, restoran, kafe) ikut serta dengan memilah dan menyumbangkan sampah organik.
Kolaborasi ini membentuk ekosistem pengelolaan sampah yang terhubung dari hulu ke hilir.
Program percontohan MEC Hub dijadwalkan berlangsung selama tiga bulan, yakni Oktober hingga Desember 2025, dengan melibatkan KKN Tematik Unibos sebagai mitra pelaksana di lapangan.
Tahapan pelaksanaan dimulai pada Oktober dengan sosialisasi program dan pembentukan tim lokal.
Pada November, fokus diarahkan pada edukasi intensif kepada masyarakat, pelatihan teknis pengolahan sampah, serta kegiatan pembelajaran di sekolah.
Desember menjadi momentum evaluasi dan pendataan bank sampah unit untuk melihat capaian awal program.
Empat wilayah dipilih sebagai lokasi pilot project, yaitu Kelurahan Untia, Panambungan, Karebosi, dan Paropo.
Wilayah-wilayah ini dipilih karena mewakili karakteristik lingkungan berbeda yang dapat memberikan pembelajaran beragam untuk replikasi di masa depan.
MEC Hub juga menaruh perhatian besar pada pendidikan lingkungan sejak dini.
Program ini menyasar sekolah mulai dari PAUD hingga SMA dengan berbagai metode interaktif seperti permainan, praktik sederhana pengelolaan sampah, dan kunjungan edukatif oleh tim DLH dan mahasiswa KKN.
Pendekatan ini diharapkan dapat menanamkan kebiasaan positif sejak dini, sehingga generasi muda menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan.
Di ruang publik, edukasi masyarakat dilakukan melalui kampanye terbuka seperti pembagian leaflet dan demonstrasi pengolahan sampah organik di area Car Free Day.
Selain aspek teknis, MEC Hub juga membangun jejaring kelembagaan dan dukungan sosial untuk memperkuat keberlanjutan program.
Bank sampah unit akan menjadi titik simpul aktivitas ekonomi sirkular di tingkat lokal, di mana hasil pemilahan dan pengolahan dapat dijual atau dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Pemerintah kota dan DLH berperan mendukung dengan pelatihan, penyediaan sarana dasar, serta penguatan regulasi yang mendukung pemilahan sampah dari sumber.
Program ini sejalan dengan target ambisius Makassar Bebas Sampah 2029.
Pemerintah kota menilai bahwa untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan lebih dari sekadar program pembersihan rutin.
Perubahan perilaku masyarakat menjadi kunci utama.
Oleh karena itu, MEC Hub hadir sebagai platform kolaborasi jangka panjang yang menggabungkan aspek edukasi, ekonomi, dan partisipasi masyarakat.
“Kolaborasi warga menjadi kunci terwujudnya Makassar yang bersih, hijau, dan berdaya sirkular,” tutup Marini.