Luminasia.id, Makassar - Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar melaksanakan kegiatan pemantauan hilal dalam rangka penentuan awal bulan Zulhijjah 1446 Hijriah. Kegiatan ini digelar di kawasan apartemen Center Point of Indonesia (CPI), Kota Makassar, Senin (26/5).
Kegiatan pemantauan menggunakan metode rukyatul hilal, yaitu metode penetapan awal bulan berdasarkan pengamatan langsung terhadap posisi bulan pada saat matahari tenggelam, dengan menggunakan bantuan teleskop optik.
Berdasarkan data dari BMKG, hilal sudah berada di atas ufuk dengan ketinggian sebesar 1,171 derajat. Namun demikian, masih terdapat dua syarat yang belum terpenuhi sesuai kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yaitu sudut elongasi yang baru mencapai 5,8 derajat (di bawah standar 6,4 derajat) serta tinggi hilal mar’i yang masih kurang dari tiga derajat.
"Cuaca di Makassar saat ini mendung sehingga cukup menyulitkan untuk melihat hilal secara langsung," ujar Ketua Kelompok Kerja Bidang Geofisika BMKG Wilayah IV Makassar, R. Jamroni, saat ditemui di lokasi pemantauan.
BMKG mencatat bahwa hanya wilayah Aceh dan sekitarnya yang memenuhi syarat visibilitas hilal sesuai kriteria MABIMS. Di wilayah tersebut, tinggi hilal tercatat mencapai 3,24 derajat dengan sudut elongasi sebesar 6,4 derajat.
Meski di Makassar tidak memenuhi kriteria tersebut, pemantauan tetap dilakukan oleh BMKG pada saat matahari tenggelam, sekitar pukul 17.55 hingga 18.02 WITA, selama kurang lebih tujuh menit.
Hasil pemantauan hilal ini nantinya akan diserahkan ke Kementerian Agama Republik Indonesia untuk menjadi bahan pertimbangan dalam sidang isbat yang akan menetapkan awal bulan Zulhijjah 1446 H secara nasional.